Maiyahan
Semalam saya kembali merasakan sesuatu yang sudah lama tidak
saya rasakan. Menyibak kerumunan, sembari menenteng sandal kepunyaan. Tak lupa
kotak makanan yang sudah disediakan dituntun menuju tujuan. Duduk lesehan,
sembari menikmati bau keringat yang tersamarkan dengan asap rokok yang terkepul
ria kesana-kemari. Betul sekali. Semalam saya mengikuti sebuah forum pengajian
dan pembelajaran atau lebih tepatnya disebut tadabburan Cak Nun & Kiai Kanjeng. Maiyahan.
Bukan pertama kali saya melihat beliau memberikan sebuah
wejangan. Mulai dari streaming video,
rekaman suara, sampai buku bacaannya sudah beberapa kali saya lahap. Saya juga
bukan orang yang asing dengan istilah pengajian.
Tapi ada satu hal unik yang mungkin baru dipahami oleh orang
yang sudah mengikuti forum tadabburan
ini secara langsung. Secara live. Gabungan
antara formalitas pengajian pada umumnya dan representasi ilmu serta
perkembangan jaman saat ini menjadi sebuah paduan yang anehnya, membuat saya terperangah.
Tidak ada hal lain yang saya rasakan selain kehangatan dan kecintaan. Di tengah
keriuhan, semua orang melepaskan semua status sosialnya, kembali menemukan
kesahajaan dalam dirinya.
Cak Nun & Kiai Kanjeng
Maiyah ini juga seperti berusaha menghadirkan pemikiran yang
tidak hanya digariskan kepada kecintaan, tetapi juga akal dan logika. Mengubah
cara pandang yang awalnya bersifat material menjadi sebuah hal yang dipahami
secara esensial. Substantif. Saya seperti merasa bahwa tidak ada forum ilmiah
yang lebih merakyat dibanding maiyah ini. Begitu pula sebaliknya, tidak ada
forum rakyat yang lebih ilmiah diabandingnya.
Ada sholawatannya, ada dangdutnya, ada lagu baratnya, ada
gamelannya, ada nilai budaya yang diajarkan kembali, ada berbagai hal yang akhirnya
dicampur dan diracik menjadi suatu bentuk dan suasana baru yang menggembirakan.
Aneh memang. Mungkin saya yang terlalu merasa gumun atau melebih-lebihkan. Karena terlepas dari keheranan saya ini, ternyata
forum maiyah sudah berlangsung selama enam belas tahun. Tidak heran, Kiai
Kanjeng mampu menyuguhkan perform stage
yang menawan, skil delegasi yang mumpuni dari Cak Nun, ataupun gaya komunikasi
yang efektif dan mengena. Manajemen panggung yang sudah diasah berbelas tahun
inilah yang mungkin membawa kenyamanan, kehangatan, dan keriuhan bagi para
penikmatnya.
Dan pada akhirnya maiyah
ini meninggalkan sebuah kerinduan yang membekas akan dirinya. Candu lebih
tepatnya. Dan saya tidak akan segan untuk mengikuti maiyah-maiyah lain selanjutnya.
Hi Aan. Aku nanda. Makasih ya Sudan nulis ttg Ini. Aku sudah lama ingin ikut Ini cm belum nemu waktu yg pas. Tulisan Ini setidaknya mengurangi rasa kecewa dihati..,😊
BalasHapus