Karena Magang Tidak Melulu Urusan Pekerjaan

Ini bukan pengalaman saya yang pertama untuk solo-kulineran di tempat yang asing. Bukan juga pengalaman pertama solo-kulineran dan mendapati harga yang mengejutkan. Tapi inilah pengalaman solo-kulineran pertama yang membuat saya tidak mampu menghabiskan seluruh makanannya.

Jadi, karena kepentingan magang yang mengharuskan saya untuk berpindah domisili menuju kota Ngawi, membuat saya memiliki kesempatan untuk mencicipi berbagai cita rasa kuliner khas Jawa Timur.

Tentunya kota berkembang seperti Ngawi masih sulit untuk mencari hiburan semacam bioskop, jadi pada suatu Minggu saya memutuskan untuk menuju kota terdekat yang kebetulan sudah memiliki fasilitas bioskop, Madiun. Kebetulan sepulang dari menonton, saya terpikir untuk mencicipi makanan khas di sini.

Bukan, saya tidak akan membahas tentang Pecel Madiun yang legendaris itu. Sudah pernah dengar tentang Ayam Panggang Bu Suryani?


Ayam Panggang Bu Suryani

Jadi bagi teman-teman yang belum mengetahui, perjalanan dari Ngawi menuju Madiun mengharuskan kita untuk melewati sedikit wilayah dari Kabupaten Magetan. Nah, Ayam Panggang Bu Suryani ini sebenarnya terletak di wilayah Magetan.

Akses jalan untuk menuju ke tempat ini memang cukup membingungkan, harus melewati gang-gang kecil dan pada awalnya saya pun tidak mengira bahwa jalan itu memang benar. Tapi setelah sampai di area parkirnya, banyak kendaraan roda 4 yang sudah terparkir di sana.

Tempatnya lebih seperti rumah yang disulap menjadi tempat makan. Semua tempatnya lesehan dan terasa seperti rumah makan ini memang dikhususkan untuk keluarga atau untuk beramai-ramai.

"Mau pesan mas? Untuk berapa orang ya?" Tanya seorang pegawai seperti mengetahui kebingungan saya.

"Ayam panggang, mbak. Untuk saya sendiri." Jawab saya.

"Oh sendiri ya mas, tapi ayam disini harus beli utuh. Tapi ada yang kecil sih." Ucapnya.

"Oh yaudah yang itu aja mbak." Jawab saya lagi.

Tanpa berekspektasi lagi, saya mengira bahwa "kecil" yang dimaksud adalah potongan kecil dari ayam panggangnya. Tapi ternyata bukan! Ternyata tetap ayam utuh, tapi ukurannya lebih kecil gitu. Tapi ya namanya juga ayam utuh, ya sekecil apa juga tetap gede.

Ada dua pilihan rasa untuk rasa ayam panggangnya yaitu asin gurih dan manis pedas. Saya kebetulan memesan rasa manis pedas. Cukup sulit memang memberi penilaian rasa saat berada di bawah tekanan untuk menghabiskan seluruh porsi ayam utuh tersebut. Tapi secara umum memang bumbu ayamnya meresap dan terasa sampai ke dalam. Tekstur ayamnya pun empuk dan gurih seperti ayam panggang yang dimasak dengan sempurna pada umumnya. Salah satu rumah makan keluarga yang sangat saya rekomendasikan.


Setelah merasa kenyang sampai semua bagian ayam sudah diukrek-ukrek semua (walaupun nasinya hampir tigaperempat bagian tidak tersentuh) dan akan membayar di kasir, tiba-tiba mbak-mbak kasirnya nyeletuk

"Itu kalau ndak habis bisa dibungkus kok mas."

"Ya sudah habis mbak ayamnya, kenapa gak bilang dari tadi?" Pikir saya dalam hati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maiyahan

Opa Zul